My Song
Lencana Facebook
back to tears
BACK TO TEARS
Hari
berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti
tahun. Kini Vena telah menginjak usia 21 tahun. Vena bersekolah di sebuah
universitas swasta dikota Semarang. Vena tinggal bersama tante Ririn. Bedanya sekarang
Vena tidak lagi bersekolah dipesantren. Tapi fokus pada kuliahnya. Sekarang
Vena sudah berbeda dengan yang dulu. Kepribadiannya dudah beda sekarang.
Jam
bekker menunjukan pukul 05.00. Vena terjaga dari tidurnya, mengambil air wudlu
dan melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan tante Ririn dan Aris, putra
tunggal tante Ririn yang sekarang menginjak usia 10 tahun. Om Faldi, suami
tante Ririn tengah bekerja diluar kota. Sudah sering dan cukup biasa mereka
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya Om Fadli.
Tante
Ririn menyiapkan roti isi selai untuk sarapan Vena dan Aris. Selanjutnya
tinggal menunggu mereka sarapan dan mengantar Vena dan Aris kesekolah.
Kebetulan sekolah Vena dan Aris, dan tempat kerja tante Ririn satu jalan, jadi
tante Ririn bisa sekalian mengantar Vena dan Aris sembari pergi ke kantornya.
Aris
sudah sampai disekolahnya. Dia berpamitan dan segera masuk ke sekolahnya.
Satpam disekolahnya itu sudah paham dan mengenal tante Ririn dengan baik.
Mereka kini melanjutkan perjalanannya.
“Ven,
gimana kuliahmu? Sekaramg udah semester 4 yah?”
Tante
Ririn membuka pembicaraan.
“Iya
tante. Sekarang lagi banyak tugas nieh.” Vena menjawab.
“Oh iya,
kamu punya pacar belum? Kenapa belum di kenalin sama tante Ven? Tante juga
pengen tau pacar kamu loh” Tante Ririn asal bicara.
Vena
terdiam, dalam hatinya terbesit pikiran tentang Darren, dan juga Farel. Orang
penting dalam hidupnya yang pernah memberikannya kebahagiaan.
“Ahh
tante apaan sih? Vena belum punya pacar tante. Di ponpes gak diajarin buat
pacaran. Lagian ini lagi fokus kuliah dulu tante” Vena membenarkan kerudungnya.
“Oh gitu,
terserah kamu sih Ven, cuman kamu kaya beda sama temen-temenmu yang kebanyakan
udah punya pacar, tapi kamu belum. Dan masih fokus juga sama kuliahmu. Tante
bangga sama kamu Ven” Tante Ririn
tersenyum. Vena membalas senyum tante Ririn.
Tak
terasa perjalanan mereka sudah sampai. Vena sudah sampai dikampusnya dan
sekarang Vena berpamitan kepada tante Ririn. Vena keluar dari mobil, disambut
oleh teman sekelasnya, Kevin.
“Hey Vin!”
Vena menyapa Kevin.
“Heyy,
Ven aku punya berita bagus buat kamu!” langsung saja Kevin menyambar tangan
Vena yang baru saja keluar dari mobil.
”Berita
apaan sih Vin? Heboh banget gitu!” Seperti biasa, sikap Vena hanya dingin. Tek
terlalu tertarik dengan topik pembicaraan Kevin.
“Kampus
kita kedatangan cewe baru Ven, dia datang dari Bandung. Dia cantik, tinggi,
seksi, kaya, dan waaw pokoknya cantik deh!”
Vena
bingung. Gadis cantik, seksi dari Bandung? Dia penasaran. Mungkin dia kenal dengan
gadis yang barusan Kevin katakan.
“Siapa
Vin? Mungkin aku kenal sama dia. Aku juga kan dari Bandung” Vena bertanya.
“Hm..
kalo gak salah namanya Nabila. Nabila Assyifa apayah?” Kevin mengernyitkan
alisnya. Sepertinya nama itu tidak asing bagi Vena. Nabila Assyifa itu adalah
pacarnya Farel! Iya! Tak salah lagi.
“Tapi
denger-denger, dia itu anak gak baik Ven, pergaulannya bebas! Gak tau masih
gadis apa enggak! Pacarnya juga banyak! Itu kabar yang beredar saat ini.
Aslinya sih gak tau persis. Hmm maklum aja, bokap nyokapnya kaya, tapi dia gak
terkontrol gitu. Ortunya sibuk kerja. Jadi kaya gitu deh!”
Kevin
menjelaskan.
“Hm, aku
kaya kenal deh. Dulu dia itu satu sekolah sama aku sebelum aku pindah kesini
loh Vin, tapi dia gak seburuk yang kamu bilang tadi. Dia pendiam, dan dulunya
berkerudung!” Vena mencoba mengingat saat dia masih bersekolah di Bandung.
Terbesit pikiran tentang Farel. Sahabat yang tak akan pernah dia lupakan. Sudah
lebih dari 3 tahun Vena tidak berkomunikasi dengan Farel. Berat memang rasanya.
Tapi hanya dengan cara itulah Vena benar-benar bisa menghilangkan perasaannya
terhadap Farel. Tapi disaat Vena sudah benar-benar move on, Farel malah
benar-benar menghilang, telfonnya bahkan tidak aktif. Facebook dan twitternya
pun jarang update. Sepertinya Farel memang sudah melupakan Vena.
Vena
malah jadi melamun.
“Heyy kok
malah nglamun? Udahlah yuk kekelas aja. Udah mau masuk nih!” Kevin membuyarkan
lamunan Vena. Sementara Vena sendiri masih diam. Pikiran itu terus menghantui
otaknya.
Sebenarnya,
Kevin itu memang ramah kepada siapa saja. Dia lebih sering menghabiskan
waktunya dengan anak perempuan dikampus. Dan salah satunya adalah Vena. Mereka
sering bersama. Tapi tak lebih hanya sekedar teman kelas biasa. Bukan teman
spesial seperti Farel tentunya.
Tak
terasa, bel pulang berbunyi. Vena berjalan mentusuri koridor kampus untuk
segera pulang. Ketika melewati kantin, terlihat banyak anak-anak perempuan
sedang ngobrol-ngobrol disana. Tampak oleh Vena gadis cantik dengan pakaian
mini, kaus lengan yang memamerkan seluruh tangannya dan jeans ketat yang
melekat dikakinya yang jenjang. Vena menghela napas, mengelus dada karena masih
banyak orang yang tidak tahu sopan santun seperti gadis itu. Dan ternyata gadis
itu adalah Nabila. Yang Kevin ceritakan tadi pagi.
“Nabila...?”
vena benar-benar tak percaya saat tahu bahwa gadis seksi itu ternyata adalah
Nabila. Nabila kuliah berbeda sekali dengan Nabila SMA dulu.
Sontak,
Nabila kaget dengan panggilan barusan. Dia menengok orang yang telah
memanggilnya, dan betapa terkejutnya saat dia tahu bahwa yang memanggilnya itu
adalah Vena. Sahabat Farel yang amat saangat ia benci. Tapi Vena tak tahu,
kalau sebenarnya Nabila sangat membenci Vena.
“Vena?
Ngapain lo disini? Ayo cepet ikut gue!” Nabila menarik tangan Vena, menggenggam
dan meremas tangan Vena dengan kasar sampe Vena kesakitan.
“Aww,
sakit Bil!” Vena mencoba melepaskan tangan Nabila yang masih mencengkeram
tangannya itu. Mereka sampai disebuah ruang musik yang memang sudah sangat
sepi, dan tak ada lagi mahasiswa berkeliaran disitu. Hanya Vena, Nabila, dan
amarah Nabila yang memuncak. Tiba-tiba,
Plakkkk!!!
Tangan
keras Nabila melesatkan tamparan yang dahsyat kepipi Vena hingga Vena
tersungkur dan bibrnya menabrak meja sampai berdarah. Vena menangis, berusaha
menahan amarah Nabila yang semakin memuncak.
“Kenapa
akmu tampar aku Bil? Apa aku punya salah ke kamu?” Vene mengelap darah yang
mengalir dari bibirnya. Darah itu menetes, hingga menodai kerudungnya.
“Heh
denger yah!” Nabila menggentak Vena.
“Semua
ini gara-gara elo bego! Gua gak bakal jadi liar kaya gini, kalo elo gak masuk
ke kehidupan Farel, ngerti?”
Nabila
menjelaskan. Ia nampak sangat marah. Tapi Vena tidak mengerti, apa yang baru
saja Nabila katakan.
“Kamu
suka kan sama Farel? JUJUR !”
Nabila
membentak lagi. Membuat air mata Vena tambah deras.
“Iya!
A..aku emang pernah suka sama Farel! Tapi itu dulu Bil, dulu banget pas aku
masih SMA! Aku sadar, kamu lebih segalanya daripada aku! Kamu lebih pantas jadi
pendampingnya Farel dariapad aku. Farel itu bener-bener sayang sama kamu. Dia
gak cinta ke siapapun kecuali ke kamu Bil! Aku sadar, mungkin aku hanya benalu
diantara kalian, aku gak mau bikin hubungan kalian hancur gara-gara aku! Jadi
aku putusin buat pergi aja dari kehidupan kalian. Aku minta maaf Bil.” Vena
menangis. Tangisannya kini benar-benar meng-harukan.
“Lo gak
tau Ven, apa yang terjadi saat lo pergi dari dari Bandung..” Nabila menangis.
Air matanya jatuh.Tapi dia masih bisa tetap tegar. Dan melanjutkan kata-katanya
lagi.
“Semenjak
Farel tahu, kamu suka sama dia, semuanya berubah Ven! Dia jadi pendiam, gak
kaya dulu. Dia bilang, dia selalu merasa kesepian. Aku tahu kalian itu
sahabatan. Tapi, Farel nglupain aku sebagai pacarnya. Farel nyia-nyiain aku,
dia diemin aku, dan tanpa alesan yang jelas, dia ngudahin hubungan kita, yang
udah hampir 3 tahun. Kamu tahu kan? Gimana perasaanku saat itu? Aku hancur, aku
benar-benar sakit hati. Aku kecewa. Dan semua itu gara-gara kamu Ven!”
Nabila
mengusap air matanya. Dia tidak tahan membendung air matanya yang sekarang
keluar dari matanya.
“T..tapi
kenapa gara-gara aku Bil? Apa aku salah pindah kesini, demi hubungan kalian
yang aku pikir akan lebih baik saat aku milih pergi dari hidup kalian?” Vena
gagap. Dadanya terasa sesak sekali. Dia merasa bingung. Otaknya tak bisa
berjalan dengan baik saat ini.
“Karena
Farel suka sama kamu Ven! Dia suka sama kamu! Dia lebih milih nunggu kepulangan
kamu yang gak tahu kapan dan dia nyia-nyiain aku Ven! Aku juga wanita Vena! Aku
sakit! Aku gak bisa terima ini semua! Aku masih sayang sama Farel Ven!” Nabila
kini menangis hebat.
Vena diam
terpaku. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja Nabila katakan. Air
matanya mengalir tak henti-hentinya. Dan sekarang dengan kehadiran Nabila di
kampusnya, Vena jadi merasa serba salah ketika apa yang menimpa Nabila itu, tak
lebih adalah karena dirinya.
“Gue tau
lo bingung dengan semua realita ini Ven! Tapi ini fakta! Ini bener-bener
terjadi! Ini bukan mimpi! Bukan juga rekayasa yang dibikin film-film diTV! Tapi
ini nyata Ven! Dan ini terjadi dalam hidup gue! Semua ini udah berubah! Aku
bukan Nabila yang dulu kamu kenal Ven! Aku berbeda! Dan sekarang, aku sudah
menemukan orang yang udah bikin hidup aku jadi hancur kaya gini Ven! Aku udah
nemuin lo Ven! Aku bakal balas apa yang udah kamu lakuin ke aku Ven! Ingat itu!
Aku bakal balas dendam kekamu! Tunggu saatnya !”
Brakkk!
Nabila
pergi berlalu membanting pintu ruangan. Amarahnya benar-benar tak terkontrol.
Kini hidup Vena jadi lebih rumit dari sebelumnya. Apa ia harus pindah lagi ke
Bandung? Tapi itu cara pengecut. Itu bukan Vena! Sementara Nabila kini senang.
Karena sebentar lagi rencananya untuk membalaskan dendam kepada Vena akan
segera terwujud. Dan tak ada lagi Farel. Yang ada hanya Nabila, Vena, dan
dendamnya yang semakin membara.
Vena
pulang kerumah. Pandangannya kosong. Dia benar-benar terpukul. Dia tak tahu
lagi apa ujian Tuhan yang akan dia terima nanti. Dia pasrah. Memang sudah
seperti ini jalan hidupnya.
Esoknya,
Vena pergi kekampus dengan mata yang mem-bengkak. Vena menangis semalaman.
Meratapi nasib yang sekarang sedang dialaminya. Tante Ririn bingung. Tapi
beliau tak berusaha menanyakan apa yang sedang terjadi. Tante Ririn sudah
benar-benar tahu bagaimana watak Vena. Vena hanya butuh waktu untuk sendiri dan
tidak diganggu siapapun.
Vena
turun dari mobil. Seperti biasa Kevin selalu menunggunya. Tapi Kevin kali ini
malah jadi bingung. Melihat reaksi Vena yang diam dan dingin. Tapi, sepertinya
Kevin juga sudah tahu bagaimana watak Vena sebenarnya. Jadi Kevin tak ambil
pusing dan segera mengajak Vena untuk masuk kekelas hari itu. Kevin berpikir,
Vena memang hanya butuh waktu untuk sendiri.
Sepasang
mata dibalik semak diantara berjejer sepeda motor ternyata tengah mengamati
garek gerik Vena. Orang itu sedang mengincar Vena. Lebih tepatnya begitu.
Sepasang mata itu memandang Vena dengan tatapan yang tajam. Melihat seperti
akan menguliti Vena
“Tunggu
saja Vena Amalia! Sebentar lagi kamu akan hancur! Hmm”
Orang
dibalik semak itu membatin. Sepertinya dia mempunyai sebuah rencana jahat yang
sebentar lagi akan dia gencarkan kepada Vena.
Orang
misterius itu pergi. Sebelumnya dia menemui seorang gadis bersepatu hak tinggi.
Gadis itu membisiki orang misterius itu dan memberinya sebuah amplop tebal yang
kira-kira berisi uang. Tak sedikit pastinya. Orang misterius itu pergi,
meninggalkan area kampus, dan senyum indah menghiasi wajah cantik perempuan
ber-hak tinggi itu. Yang ternyata adalah, Nabila.
Hari itu
cukup buruk bagi Vena. Dia biasa menyapa teman-temannya yang sekelas, maupun
beda kelas. Tapi tidak hari ini. Vena diam, sendiri dan murung. Dia benar-benar
tak seperti biasanya. Dia seperti sudah tidak punya semangat hidup lagi.
Kevin
tahu, apa yang sedang Vena rasakan. Vena sedang mengalami masalah yang cukup
berat. Vena hanya menyendiri, dan Kevin tak tega melihat Vena seperti itu.
Kevin mendekati Vena. Kevin tahu apa yang harus ia lakukan
“Ven,
sorry aku ganggu. Hmm aku tahu kamu lagi punya masalah. Aku gak tega sih
sebenernya ngeliat kamu murung gini. Temen-temen juga banyak yang bingung loh
Ven liat kamu kaya gini. Biasanya kan kamu periang, murah senyum gitu. Dan
sekarang, jadi diem gini, mereka banyak yang tanya. Kalo kamu butuh temen buat
crita, aku ada buat kamu Ven, silakan aja kamu crita, mungkin kalo aku bisa
bantu, pasti aku bantu kok”
Kevin
dengan baik hatinya, menawarkan dirinya sebagai biro percurhatan. Kevin memang
baik. Dan kebaikannya bukan hanya ke Vena saja, tapi kesemua temannya juga
gitu. Inilah yang bikin Kevin temannya banyak, dan pastinya banyak yang
menyukai sikap Kevin ini.
“Hh,
thanks Vin, kamu masih mau perhatian sama aku. Iyah, aku lagi punya masalah
besar banget. Aku bingung. Apa yamg mesti aku lakuin? Aku gak sanggup lagi
hadepin ini Vin”
Air mata
Vena terjatuh lagi. Air mata yang sebenarnya sudah ia janjikan untuk tidak
dikeluarkan lagi. Dia sudah janji pada Farel agar tak mengeluarkannya lagi. Dia
sudah berjanji agar tak ada kesedihan lagi. Tapi apa daya. Vena tak sanggup
membendungnya lagi.
Vena
menceritakan kejadian yang sebenarnya dia alami saat ini. Semua memang rumit.
Bahkan Vena menceritakan pada Kevin, semuanya. Dari awal, hingga sampe
sekarang. Kevin cukup bingung. Sepertinya ia tak bisa membantu apa-apa kecuali
membantu Vena agar tetap bersemangat dan tetap tegar menjalani semua ini. Kevin
juga berpesan agar Vena selalu sabar menghadapi semuanya.
Tak
terasa, Vena menceritakan masalahnya ini hingga hari menjelang malam. Jam
menunjukkan pukul 17.20. hari sudah mulai gelap. Kevin menawari Vena untuk
pulang bersamanya, karena hari memang sudah agak gelap. Tapi Vena menolak. Ia
akan mencari taksi dan pulang sendiri saja.
Sepeninggal
Kevin, Vena berjalan sendirian menyusuri lorong-lorong disepanjang kelas untuk
segera pulang. Dia sempat mengirim pesan kepada Tante Ririn karena dia pulang agak
larut. Semata-mata agar tante Ririn tidak meng-khawatirkan Vena.
Saat Vena
sedang menunggu taksi dihalte yang cukup sepi, tiba-tiba, sebuah tangan kasar
dan berat mencengkeran Vena, tangan jahat itu membius hidung Vena dengan sebuah
sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Seketika itu, Vena jatuh terkulai
lemas. Dia pingsan. Tangan jahat itu membopongnya dan membawanya masuk kedalam
mobil. Ini adalah awal kesengsaraan Vena. Kesengsaraan yang lebih menyakitkan
daripada melihat Farel dan Nabila bersama.
Vena
tersadar dari pingsannya. Dia terkejut. Dia kaget, menjerit dan menangis tak
percaya. Sesuatu yang buruk telah terjadi pada Vena. Sesuatu yang akan merubah
hidupnya, menjadi lebih buruk dari sekarang.
Vena tak
tahu berada ditempat apa sekarang. Yang jelas, tempat itu adalah sebuah kamar.
Kamar penderitaan Vena yang mengantarkannya pada ujung tombak kesengsaraan.
Vena
lemas, seluruh tubuhnya terasa sakit dan kaku. Selangkangannya terasa pegal
dan, ada darah mengalir dari alat vitalnya. Vena menangis dan menjerit.
Seseorang telah mengambil kegadisannya, telah mengambil keprawanannya, dan
telah memerkosanya!
Vena
sadar, dia telah diperkosa, dia telah dinodai. Dan seseorang yang telah
menodainya itu, menghilang entah kemana. Dan yang membuatnya lebih menyedihkan
adalah, pria bejat yang tidak bertanggung jawab itu, telah menaruh benihnya
dalam rahim Vena.
Vena
menangis lagi. Dia menjerit dalam hati. Seorang gadis yang berkerudung, dan
dulunya santri, kini telah dijamah oleh laki-laki yang bukan muhrimnya, dan
yang lebih parahnya lagi, laki-laki itu tidak bertanggung jawab setelah apa
yang menimpa Vena, dia pergi begitu saja.
Vena
mencari kerudungnya, membenahi pakaiannya yanng telah berantakan kesana-kemari.
Vena masih menangis. Ia tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan setelah dia
tahu bahwa dirinya telah dinodai. Vena bingung, apa yang harus dia katakan pada
tante Ririn sepulangnya nanti kerumah. Dia juga bingung, bagaimana masa
depannya nanti. Vena kembali menangis.
Bukan
saja keprawanannya yang diambil, seluruh barang berharga yang ada dalam tas
Vena pun, tetap dijarah. Handphone, ipad, uang,ATM dan perhiasan yang Vena
pakai, semua lenyap. Semua hilang. Vena sedih. Sangat sedih. Apa yang
menimpanya ini benar-benar membuatnya menjadi gila. Dia bingung harus kemana.
Vena tak mungkin kembali kerumah dengan keadaan compang-camping begini. Vena
tak mungkin menelpon tante Ririn atau Kevin, karena ia tak punya uang
sepeserpun untuk membayar telepon umum.
Yang ada
dipikiran Vena saat ini adalah, bagaimana caranya untuk mengakhiri hidupnya.
Otaknya benar-benar sudah tidak bisa lagi ia gunakan. Vena sudah hilang. Mati,
dan terlupakan.
Vena
pergi keluar dari temapt biadab itu. Dia tak lagi memakai kerudungnya. Tempat
itu tak ada penghuninya. Tak ada satu orangpun disana. Sepertinya penjahat itu
benar-benar telah mengonsep kejahatannya yang sekarang menimpa Vena ini,dengan
sangat baik.
Vena
masih menangis, ia memegangi pundaknya sendiri. Tangannya menggenggam erat. Dia
berjalan menyusuri rel kereta api ditengah keramaian malam. Vena tak lagi berpikir bagaimana dia
akan pulang. Dia ingin mati saja. Dia ingin mengakhiri hidupnya. Bagaimanapun
itu.
Vena kini
berjalan tepat dialas rel kereta api.
Air matanya masih menetes. Dia sudah tak ingin lagi hidup didunia ini yang
terlalu keras untuknya. Vena menyerah, dan kini dia pasrah. Pasrah menunggu
kereta yang sebentar lagi akan menabrak dan menggilas dirinya.
Tuuuutttt..
tuuuuuuuuttt
Kereta
itu semakin mendekat. Semakin diujung pula penderitaan Vena. Ia akan segera
mati. Ia akan segera meninggalkan hidup ini.
Dan
tiba-tiba..
Brakkkk!
Vena
terjatuh. Dia tersungkur. Vena tidak mati. Dia masih hidup. Hanya sja,
seseorang itu menyelamatkannya.
“Mba..
Mba.. bangun mba?? Mba gak papa kan?”
Laki-laki
yang menyelamatkan Vena itu panik, dia takut kalau perempuan compang-camping
yang ia selamatkan itu akan mati. Suasana disekitar rel nampak sepi. Laki-laki
itu membopong Vena, membawanya kesebuah tempat. Dimana Vena akhirnya bisa
kembali menemukan kebahagiaannya yang sempat tertunda.
Vena
siuman. Ia tersadar dari pingsannya. Ia mendapati sebuah kamar yang cukup luas.
Vena tak yakin dan tak tahu dimana tempat itu. Tapi tempat itu rajin dan rapih.
Vena sudah berganti baju. Kini bajunya sudah menjadi putih. Ia senang.
Harapannya telah terkabulkan. Ia telah berada disurga sekarang.
Sesorang
mengetuk pintu kamar yang Vena yankin adalah kamar surga itu. Orang yang
menegtuk pintu itu masuk kedalam kamar vena. Alangkah senang dan bahagianya,
saat yang ia temui adalah Farel.
“F..Farel..”
mata Vena berkaca-kaca. Dia menangis. Kontan saja Vena bangkit dari ranjangnya
dan berlari memeluk Farel yang ada dihadapannga itu.
Farel
tersenyum. Senang. Bahagia sekali rasanya bisa bertemu kembali dengan sahabat
yang selama ini ia nantikan. Farel memeluk erat tubuh Vena. Tubuh yang
sebenarnya sudah kotor dan ternodai.
“Ven...
Aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Aku kangen banget sama kamu Ven..”
Farel menangis. Ia menciumi rambut Vena berkali-kali. Vena sadar kini ia
benar-benar sudah ada didalam surga.
“Rel, aku
bener-bener seneng, Tuhan udah ngirim aku kesurga sekarang..”
Farel
bingung. Dia melepaskan pelukannya. Mata Farel masih berkaca-kaca. Farel
menatap Vena dalam-dalam. Farel yakin Vena masih ada dalam alam bawah sadarnya.
Farel mengamati Vena. Masih sama dengan yang dulu. Tak ada satupun yang
berubah. Farel mengusap air mata Vena. Seraya berkata.
“Ven, aku
nyelametin kamu dari kecelakaan kereta tadi. Aku yang bikin kamu masih bisa
bernapas sekarang. Ini dirumahku Ven, bukan disurga. Aku gak tahu gimana
jadinya kalo kamu ketabrak kereta tadi. Apa yang kamu lakuin Ven? Apa? Apa kamu
mau bunuh diri? Apa yang terjadi sama kamu Ven? Apa? Kenapa kamu
compang-campinng begini Ven? Aku sama sekali gak kenal kamu yang dulu Ven”
Vena kaget,
melepaskan tangan lembut yang sedang membelai pipinya itu. Dia tak percaya, air
matanya, menetes lagi.
“J..Jadi
aku belum mati Rel?”
Plakkk!
Vena
menampar Farel. Dia menjerit histeris.
“Kamu
jahat Rel! Kamu jahat! Kenapa kamu nyelametin aku dari rel itu hah? Kenapaa??!
Kenapa kamu biarin aku tetep hidup Rel? Aku udah capek Rel! Aku capek!”
Vena
memukuli dada Farel berkali-kali. Kini ia menangis tertuntuk dibawah kaki
Farel. Farel membangunkan Vena yang benar-benar baru sadar dari pingsannya itu.
“Aku,
sahabatmu Ven! Kamu cerita aja, semua yang lagi kamu rasain sekarang!”
Farel
membujuk. Susah payah dia memohon dan me-minta agar Vena mau bercerita. Vena
masih menangis. Bahkan sekarang dia menjerit. Membuat semua pembantu yang
ada dirumah Farel mendekat. Takut
terjadi apa-apa.
Vena
mengelap air matanya. Air mata yang rasanya benar-benar sudah habis terkuras.
Tapi apapun yang sedang ia alami dan rasakan sekarang, Vena tetap mengeluarkan
air matanya. Dan sekarang, dia bercerita.
“Rel,
Nabila kenapa kamu putusin? Kenapa kamu tinggalin Rel? Kenapa hahh?” Vena
berteriak! Membentak Farel dengan suaranya yang sedikit parau. Baru kali ini,
Vena benar-benar bisa memarahi Farel.
“Karena
aku suka samma kamu Ven! Puas? Aku sadar Ven, kamu itu yang terbaik buat aku. Nabila,
Cuma sesaat! Dia gak seperti yang aku bayangin Ven! Gak gitu!”
Farel
menjelaskan. Suaranya serak.
“Kenapa
kamu baru ngomong sekarang Rel? Kenapa kamu baru ngomong, saat aku udah pindah
ke Semarang hah? Kenapa Rel? Kenapa? Kenapa kamu baru bisa buka hati kamu buat
aku, saat kamu udah punya Nabila yang selalu ada buat kamu Rel? Kamu yang
bilang sendiri kan? Kamu gak bisa move on dari dia? Kamu juga yang bilang
sendiri kalo kamu cuman cinta dan sayang sama dia Rel? Iyakan? Ngaku Rel ngaku!
Jadi lupain semua tentang persahabatan kita! Aku udah hancur! Aku bukan Vena
yang dulu Rel! Bukan! Kamu bikin Nabila patah hati! Itu karena kamu suka sama
aku Rel! Buat apasih kamu suka sama aku hah? Aku gak nuntut kamu buat bales
perasaanku Rel! Gak gitu yang aku pengen! Aku pengen kamu balik lagi ke Nabila
dan lupain rasa suka kamu sama aku Rel. Lupain!! Kamu udah punya Nabila yang
lebih segalanya dari aku Rel! huuuhhu...”
Vena
menangis hebat kali ini. Dadanya sesak. Nafasnya berat. Seperti ada sesuatu
yang menutupi kerongkongannya.
“Ven,
kamu mesti belajar satu hal dari kehidupan ini! Hidup ini gak selamanya mulus!
Oke fine! Ini semua murni kesalahan aku, yang gak sadar kalo kamu yang
bener-benenr cinta sama aku. Meskipun kamu ini sahabat aku. Aku bener-bener
anggep kamu sebagai sahabat aku Ven, sampe aku sadar, kamu lebih dari
segalanya, sebenarnya. Aku sadar saat kamu ngasih tau perasaan kamu. Dan apa
kamu tahu hidap aku pasca kamu pergi dari Bandung Ven? Aku sama sekali gak
punya semangat hidup. Entah mengapa. Hidupku jadi hampa. Aku bingung. Aku
merasa hidup ini bener-bener sepi, tanpa kamu yang selalu ada buat aku Ven!
Kamu perlu tahu itu. Aku behkan bener-bener ngrasa kehilangan, saat kamu pergi
ninggalin aku. Aku gak nemuin orang yang kaya kamu lagi Ven! Kamu gak ada
duanya!”
Vena
masih menangis. Mendengar cerita Farel yang sepertinya tidak berdusta ini.
“Dan aku
baru sadar, kalo aku sebenarnya suka sama kamu. Rasa suka yang tadinya membara,
dan menggebu-gebu buat Nabila, itu udah sirna begitu aja Ven, dan setelah
per-pisahan kita selama 5 tahun ini, aku seneng banget bisa dipertemuin lagi
sama kamu Ven. Maaf aku sempat meng-hilang. Aku bahkan gak pernah update
jejaring sosialku lagi. Aku juga ganti kartu hp-ku. Itu karena aku yakin,
selama kamu di Semarang, selama kamu jadi santri, kamu gak mungkin hubungin
aku. Itu Cuma bikin aku mengharap dan mengharap Ven, tanpa tahu kapan
pengharapan itu bener-bener akan terwujud. Saat lebaran, ato liburanpun, kamu
bahkan gak pernah muncul lagi. Aku tahu alamat rumahmu. Aku sempat main, tapi
sayang, kamu udah gak ada lagi disitu. Kamu tahu Ven? Gimana perasaanku? Aku
bener-bener sakit. Aku..”
“Cukup
Rel! Cukup!..”
Vena
memotong pembicaraan Farel. Vena sudah tak tahan lagi mendengar penjelasan
Farel yang sekarang membuat usus Vena makin panjang saja.
“H..Harusnya
kamu ngertiin perasaan Nabila Rel! Kamu udah bawa Nabila terlalu dalam dihidup
kamu. Kamu udah bikin Nabila bener-bener cinta sama kamu, dan saat dia udah
bisa bener-bener menempatkan hatinya pada posisi yang menurutnya udah tepat,
kamu tanpa alesan, ninggalin dia! Kenapa kamu gak mikir sampe situ Rel? Aku tau
kamu gak lebih bego dari aku! Kamu gak lebih bodoh dari aku! Kenapa kamu gak
pikir panjang gitu hah? Kenapa? Aku benci kamu Rel, aku benci orang egois sama
kamu aku benci!”
Vena
membalikkan badan, mengambil bantal yang ada diatas ranjang dan menangis
sepuasnya dibantal itu. Entah sudah berapa juta mili air mata dan ingus yang
Vena keluar-kan.
“Aku gak
nglarang kamu nangis Ven, silakan kamu nangis sepuasmu. Menangislah kalo itu
bisa mengurangi penderitaan-mu. Aku bener-bener minta maaf Ven. Aku sadar,
akulah yang sebenernya bikin hidup kamu jadi hancur berantakan gini. Aku bakal
minta maaf sama Nabila, dan aku bakal minta dia balasin semua yang pernah aku
lakui ke dia Ven. Biar kamu bisa maafin aku Ven. Sekali lagi aku minta maaf.”
Farel
keluar dari ruangan. Belum sampai Farel menutup pintu, Vena menghentikannya.
Mencegahnya, mencegah Farel untuk tidak pergi dari situ.
“Tunggu..
jangan pergi Rel. Kamu gak perlu nglakuin apa-apa. Nabila udah balasin
dendamnya ke aku Rel. Gapapa aku ikhlas jalanin semua ini. Tuhan udah ngasih
aku takdir begini. Nabila gak marah sama kamu. Dia marah sama aku, karena
akulah yang bikin hubungan kalian berantakan. Sampe bikin Nbila jadi liar begitu.
Mungkin Nabila udah seneng, karena dia tahu aku udah bisa ngrasain apa yang
perah rasain dulu. Rasa sakit yang tiada bandingnya Rel...”
Vena
memotong perkataannya. Dia sudah tidak bisa lagi melanjutkan apa yang harus dia
sampaikan. Dan apa yang harus dia katakan.
Farel
mendekati Vena yang tengisannya kini semakin dramatis. Dia yakin ada sesuatu
yang akan dikatakan oleh Vena, tapi Vena tak bisa mengatakannya. Farel memegang
kedua pundak Vena, menatap mata Vena yang kini bengkak karena sudah terlalu lama
Vena menangis. Perlahan, kedua mata sayu itu bertemu.
“Maksud
kamu apa Vena? Ada apa sama kamu? Apa maksud kamu tentang balas dendamnya
Nabila kekamu? Kamu gak salah. Harusnya Nabila balas dendam ke aku. Bukan
ke-kamu Ven! Pliss, kasih tau aku, apa yang sebenarnya terjadi”
Suaranya
lembut. Pelan dan penuh makna. Dia sepertinya sudah mempunyai insting bahwa
yang akan dikatakan Vena adalah sesuatu yang buruk. Sekali lagi Farel menatap
tajam kearah Vena. Mencoba membaca isi pikiran Vena saat ini, vena yabg sudah
hancur.
“Katakan
Ven, plisss..”
Farel
setengah memohon didepan muka Vena. Vena kembali menangis. Vena membuka
mulutnya. Mamberitahu apa yang sebenarnya terjadi padanya saat ini. Suaranya
gagap dan terbata-bata.
“A..ak..aku
d..diperkosa Rel.. hhuuu”
Vena
kembali menangis. Kini ia menangis dalam pelukan Farel. Farel diam terpaku. Dia
terhipnotis. Bagaimana bisa orang yang selama ini dia nanti-nanti, kini sudah
diambil kegadisannya dan sudah dijarah oleh orang lain?
“Aku tahu
Rel, ini semua yang Nabila inginkan dari aku. Aku ikhlas Rel.. ikhlass..”
“Enggak
Ven, semua ini salahku. Bener-bener salahku. Aku yang udah membuat kamu jadi
begini. Menderita..” Farel memeluk Vena. Air matanya jatuh tepat dipundak Vena.
“Aku
biang keroknya. Aku gak mungkin menuntut Nabila atas semua kejadian ini. Aku
hanya perlu menuntut diriku sendiri atas apa yang udah terjadi sama kamu Ven..
aku sayang sma kamu. Entah itu sebagai sahabat, atau bukan. Aku tetep ayang
kamu. Pliss maafin aku Ven.. plisss”
Kini
Farel sujud ditelapak kaki Ven. Vena masih diam. Menangis. Merasakan betapa
membingungkannya suasana hari itu. Malam itu. Kesedihan itu.
Hujan
turun dengan deras malam itu. Menambah suasana mengharukan antara realita yang
kini sedang dialami Farel, dan Vena tentunya.
Vena membangunkan
Farel yang kini bersujud menciumi kakr Vena. Vena menghapus air mata Farel yang
kini keluar semakin tak terhingga.
“Rel,
kamu udah aku maafin. Kamu gak perlu nglakuin apa-apa. Pliss. Aku ikhlas nerima
semua ini. Aku udah anggap ini sebagai cobaan Tuhan Rel”
Vena
tersenyum. Mencoba mengingat saat mereka dulu bersama dalam keceriaan. Dalam
tawa dan canda. Bukan seperti ini. Dalam sedih dan tangis.
“M..makasih
banget Ven..”
Farel
memeluk Vena. Farel merasa sangat bahagia dan nyaman saat bersama Vena. Berada
dalam pelukan Vena. Farel meminta satu hal kepada Vena.
“Ven,
izinin aku minta satu hal sama kamu..”
Mata
Farel masih berkaca-kaca, air matanya mulai menetes. Bedanya, ini adlah air
mata kebahagiaan.
“Izinin
aku bertanggung jawab atas semua yang kamu alami selama ini Ven, izinin aku
jadi orang yang paling beruntung bisa jadi pendamping hidup kamu, izinin aku
melamar kamu Ven..”
Vena
kaget, seperti tak percaya apa yang barusan dia katakan. Vena tak yakin tentang
ini semua. Dia sudah kotor, dan tak suci lagi.
“Tapi aku
udah gak suci lagi Rel, aku udah dinodai, aku udah diperkosa sama suruhan
Nabila”
“Aku gak
peduli Ven, kamu kaya gini, gara-gara aku, aku pengin jadi orang yang
bertanggung jawab sama semua konsekwensi yang mestinya harus aku terima. Aku
bakal jelasin semua ini. Kalo perlu, aku bakal bilang, kalo aku yang nodain
kamu, biar orang tua kamu bisa nikahin aku sama kamu Ven”
“Jangan
Rel. Mereka bakal kecewa, dan mereka bukan-nya nikahin kita, tapi mereka malah
bakal jeblosin kamu kepenjara”
Farel
bingung. Tapi itu masalah gampang. Tapi bukan meng-gampangkan. Hanya saja, dia
harus yakin, bahwa dia bisa melewatinya dengan mudah dan gampang. Agar pada
kenyataannya bisa benar-benar mudah dan gampang. Farel melepas pelukan Vena,
berjalan keluar dari kamar dan kembali membawa sebuah kotak kecil yang ia bawa
di-genggaman tangannya. Ya! Itu adalah cincin! Tepatnya cincin kawin.
Farel
menutup pintu, menguncinya dan berjalan menuju arah Vena. Kini tak ada lagi
siapapun, kecuali dirinya, Vena, dan hujan yang mulai reda.
Farel
menunduk dihadapan Vena, mempersembahkan sesuatu yang tak akan ia berikan untuk
orang lain kecuali Vena! Bahkan tidak juga dengan Nabila. Cincin itu, Farel
persembahkan hanya untuk Vena. Sekarang, sudah seperti di film-film saja.
“Ven,
maukah kamu, bikin aku jadi orang yang paling bahagia karena kamu mau
menerimaku, sebagai pendamping hidupmu? Maukah kamu jadi pacarku Ven?”
Kalimat
itu seketika membuat jantung Vena seperti berhenti berdetak. Surga yang baru
saja dia impikan tadi, kini datang lagi menghampiri. Vena seakan terbang
melayang. Tak lagi ingat akan masalah berat yang sebenarnya masih melekat dalam
dirinya. Kehadiran Farel kini, benar-benar membuat semuanya berbeda, semuanya
jadi indah.
Vena
mengangguk, tanpa sepatah kata pun, Farel artikan jawaban itu sebagai ‘YA’. Dia
tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Memakaikan cincin itu dijari manis
Vena, dan segera mengecup kening Vena.
Dua insan
berbeda jenis kelamin ini kembali berpelukan. Mereka larut dalam kebahagiaan.
Kedua mata mereka saling menatap, saling bertemu pandang, dan kini saling
ber-pandangan. Jarak mereka saling dekat. Mereka tak ingat, bahwa mereka belum
disahkan secara agama dan secara negara.
Farel
mencium bibir Vena, hingga mereka benar-benar berciuman, mereka larut dalam
kenikmatan dunia, yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka bahagia.
Sangat bahagia.
Esok
telah tiba, Vena terjaga dari tidurnya, dan mendapati seonggok tubuh tanpa
busana berada di-sampingnya. Tubuh itu tak lain adalah Farel. Vena tersenyum.
Rasanya seperti mimpi saja. Ia bergegas ke kamar amndi. Mebersihkan dirinya,
dan segera membangunkan Farel.
Hari itu,
Farel langsung menuju kediaman tante Ririn, kediaman orang tua Vena, dan
seluruh sanak saudara Vena. Farel mengatakan bahwa ia akan segera melamar Vena.
Menjadikannya istri dan berjanji akan membahagiakannya. Termasuk kembali
meneruskan kuliah Vena yang sempat tertunda.
Semuanya
seperti yang dikatakan Farel. Mudah dan gampang. Dan hari itu adalah hari
bahagia untuk kedua anak Adam yang telah menemukan jati dirinya ini.
“Saya
terima nikahnya Vena Amalia binti Harun, dengan mas kawin seperangkat alat
sholat dan perhiasan dibayar TUNAI”
“Bagaimana
saksi? Sah?”
“Sahh..”
“Alhamdulillah...”
Vena dan
Farel menemukan kebahagiaan yang sempat tertuda. Kini tak ada lagi yang bisa
memisahkan cinta mereka, sekalipun itu Nabila, maupun Darren.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
-
Asal Usul Sejarah Legenda Zombie Zombie sebenarnya berasal dan muncul dari pulau Haiti di Karibia. Mereka adalah orang2 yang hampir...
-
Tapi Bukan Aku yang Kau Cinta Aku tahu setiap orang menginginkan hidup bahagia bersama pasangannya masing-masing. Tapi beda halnya d...
-
Manusia Tertinggi di Indonesia 2,71 m, dari Lampung Suparwono, 24, berharap agar namanya bisa tercatat sebagai manusia tertinggi di dunia...
-
Assalamualaikum Lur balik maning kyeh karo Sarkem. Piwe kabare pada? Sehat mbok? Kari nyyong tah ya sehat lah, kur ora waras *ehh*. Nah s...
-
Assalamualaikum sedulur ketemu maning karo nyong, Sarkem. Kepriwe pada kabare Lur apik mbok? Semoga bae pada waras ya aja pada gemblung kay...
-
URIP Anggitanipun Via Okvitasari Umah gedhe diut akeh Nanging, karo tangga ora sumeh Merga dudu uwong sholeh Mulane tanggane...
-
Hampir semua orang didunia ini mengenal vampire sebagai makhluk mengerikan penghisap darah. Vampire sangat terkenal dan sering dijadikan...
-
BACK TO TEARS Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Kini Vena telah menginjak usia...
-
KECANDUAN Assalamualaikum sedulur. Nyong hadir maning arep jublegan. Kye neng kene tah lagi mendung, dadi pernane kayong mandan ngantuk...
-
Berikut ini adalah video keajaiban dunia Aurora Borealis yang biasa terjadi didaerah kutub Silakan DOWNLOAD DISINI
0 komentar:
Posting Komentar