sponbop :)

my uburrr

my story part II




Hai namaku Anisa. Aku kelas 2 SMA. Aku ingin menceritakan sedikit curahan hatiku. Hanya saja dengan nama yang sudah disamarkan. Langsung aja yaa.
Aku baru 2 minggu lalu putus dengan pacarku. Kami menjalin hubungan sudah lebih dari 5 bulan. Kami putus karena aku yang memintanya. Aku minta putus karena suatu hal. Dan tak kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku salah satu aktivis organisasi disekolah. Aku mengikuti organisasi untuk menambah pengetahuanku tentunya. 4 bulan yang lalu aku mengurusi kegiatan Masa Orientasi Siswa yang digelar rutin tiap tahunnya. Aku menjadi panitia disana. Aku menjadi pendamping dari siswa-siswa baru yang masuk kesekolahku. Aku tidak sendiri. Bersama kawanku yang juga aktif dalam organisasi ini. Sebut saja namanya Handy.

Aku dan Handy sudah sangat dekat. Dan kuanggap Handy seperti saudaraku sendiri. Kedekatan kami aku tunjukan pada siswa baru agar mereka mencontoh kami. Sampai suatu hari pada acara MOS itu ada suara terlindah yang pernah aku dengar.
“Mba Anisa, minta tanda tangannya yah?”
Anak baru yang masih kelas X itu menatapku dn menyodorkan bukunya untuk kutanda tangani. Sungguh! Senyuman itu adalah senyum termanis yang pernah aku lihat.
Dia ternyata anak dampingku. Sebut saja begitu. Aku memang sering melihatnya selama MOS ini. Maklum saja dia anakku. Jadi bina damping harus paham semua anak dampingnya. Handy juga begitu.
Aku begitu bahagia melihat senyum manisnya. Dia yang kutahu bernama Dimas. Aku takut akan perasaan bahagia ini. Aku takut aku menyukai Dimas. Karena aku sendiri juga sudah punya pacar.
Acara MOS itu usai sudah. Aku dan Dimas semakin dekat. Tapi pacarku tak mengetahui hal itu. Aku memang merahasiakannya.
Kami sering bertemu. Kadang hanya sekedar berpapasan dan pernah juga bertemu langsung. Aku gugup saat bertemu langsung dengannya. Entah mengapa tanganku berkeringat, dan aku gemetar.
Aku menemuinya sekali waktu itu. Sepulang sekolah untuk meminjam jaketnya. Ada sedikit insiden mengenai seragamku. Dan aku tak membawa jaket. Sebenarnya banyak temanku yang menawariku untuk meminjam jaketnya, tapi aku menolak. Aku lebih suka meminjam jaket Dimas. Modus juga.
Aku menemuinya untuk yang pertama kalinya.dimas tersenyum padaku. Sungguh! Aku tak pernah ingin kehilangan senyum itu.
“Ini mba jaketnya. Emangnya mba Anisa kenapa?”
Dimas penasaran. Tapi aku bilang bahwa aku akan mengatakannya lewat sms saja. Dimas berlalu. Aku menuju toilet untuk mengenakan jaketnya.
Hari itu rasanya aku bahagia sekali. Sangat bahagia. Aku pulang memakai jaketnya. Aku juga selalu memikirkan dirinya. Tapi aku sangat bingung.apa yang harus aku lakukan dengan perasaan ini? Aku sama sekali tak ingin melukai perasaan pacarku karena ini. Aku menyukainya.aku menyukai Dimas. Dan aku ingin memiliki Dimas seutuhnya. Tapi aku masih ada dalam genggaman pacarku. Aku bingung. Sungguh.
Hingga suatu saat aku memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengan pacarku. Aku merasakehilangan. Sangat kehilangan. Sempat aku berpikir berkali-kali untuk memutuskan ini agar tidak terlalu gegabah. Tapi apa boleh buat. Saat ini Dimas sudah memikat hatiku. Aku hanya ingin bersama Dimas. Tak ada yang lain.
Aku menceritakan pada Dimas bahwa hubunganku dengan pacarku sudah berakhir. Berharap Dimas akan mendapatkan peluang lebih untuk menembakku. Tapi ternyata harapanku terlalu jauh. Hingga aku merasakan bagaimana sakitnya diPHP.
Aku bingung. Aku juga ragu. Aku tak tahu Dimas ini menganggapku apa. Aku tak tahu apakah Dimas merasakan perasaan yang sama denganku atau tidak. Hatiku jadi sakit.
Dimas bahkan jarang membalas sms-ku. Dia tak akan pernah mengirimku sms sebelum aku yang mengirimnya terlebih dulu. Itupun tak semuanya dibalas olehnya. Aku takut, Dimas telah memiliki perempuan lain diluar sana. Aku takut Dimas sudah punya pacar. Aku tak mau itu. Tapi apa hak-ku untuk melarangnya. Aku bukan siapa-siapa.
Aku menceritakan kedekatanku dengan Dimas kepada adik kelasku yang juga satu kelas dengan Dimas. Aku suruh dia untuk jadi mata-mata Dimas. Aku memperoleh banyak informasi darinya. Dia juga mendukungku untuk segera jadian dengan Dimas. Tapi aku bingung. Dims belum tentu menyukaiku.
Mba semangat aja deh. Dimas emang anaknya gitu mba. Dia pendiam kalo dikelas. Pantes aja dia gak peka sama kodenya mba Anisa. Tapi menurutku mba Anisa sama Dimas cocok kok mba. Aku doain deh biar cepet jadian. Hehe
Itu pesan yang dikirim Ela, mata-mata Dimas. Dia memang mendukung-ku. Aku sedikit bersemangat untuk tetap mengejar cinta Dimas. Tapi aku tak mungkin memulai dulu. Aku wanita. Benar-benar tak pantas kalo aku yamg menembak Dimas.
Aku sempat mendengar kabar bahwa Dimas sedang dekat dengan seorang cewek dikelasnya. Hatiku rasanya panas sekali. Aku tak tahu apakah Dimas benar-benar menyukai cewek itu, atau hanya sekedar gossip belaka. Ingin sekali aku melabrag cewek itu. Tapi aku kembali berpikir.memangnya, aku siapanya Dimas?
Hingga kini aku masih memendam perasaanku itu. Berharap suatu saat Dimas mengerti dan menginginkanku untuk menjadi pacarnya. Segala hal pasti akan terjadi kan? aku akan tetap  mempercayai mimpiku itu.




0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

buku tamu :)

Code CBox milik sampeyan
Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini

kursor

Blogger Widgets

kursor

Blogger Widgets

Blogger news

Blogger templates